Enyah kau, wahai diriku.
Malam itu, Ah selalu malam. Entah mengapa suasana gelap bisa mempengaruhi emosi, yang tadinya biasa saja, bisa meledak dalam hitungan detik. Yang tadinya ingin mengubur saja, bisa justru meneriakkannya dengan sekuat tenaga. Angin itu, berdesis di telinga. Alunan melodi lembut dari lagu yang dimainkan tidak berhasil menutup desisannya. Menggelitik manis, katanya. Lagi lagi, satu-satunya teman malam itu. Entah dari mana asalnya, tiba-tiba bulir air membasahi pipi indah itu. Padahal, tidak ada hujan malam itu. Haha. klise. Tapi fakta. Lucu, ya? Dari yang tadinya nggak bisa berhenti ngomong, jadi lebih nyaman bungkam karena kenyataan. Dari yang tadinya gemar mempertanyakan hal kecil hingga besar, penting hingga tidak sama sekali, jadi lebih nyaman mengunci otaknya dari rasa ingin tau. Kenyataan bahwa menelan semua sendiri jauh lebih baik daripada mengeluarkannya. Haha. Lucu, banget! Rasanya, jadi benci segala hal. Bukan karena mereka salah. Tapi, ya, benci aja gitu. Kaya, kenapa...