Postingan

Aku berharga?

Sudah berapa hari ini pertanyaan yang sama sering terlintas, “apa ya arti kehadiranku dalam hari-hari orang lain?” atau, “kira-kira aku layak tidak ya berada di sini?”. Sudah berapa lama ini aku berlari ke sana ke mari hanya untuk berusaha membuat pertanyaan-pertanyaan itu lenyap dari pikiranku. Karena, setiap mereka hadir, hariku menjadi redup. Mereka hobi menarik senyumku dan membuat lengkungan itu turun. Hari demi hari, minggu, hingga bulan terlewati dengan pertanyaan yang sama terus menari-nari dalam otakku. Meresahkan sekali, pikirku. Kenapa yang seperti ini terus hadir, bukan ini yang diharapkan. Bukannya apa, tapi itu sungguh menyiksa. Teriakkan dan isak tangis yang muncul bersamaan dengannya tak lain hadir hanya untuk membuat badan ini remuk bahkan hancur. Sampai suatu hari, di sudut ruang itu, aku memberanikan diri untuk berbicara pada cermin, pada diri sendiri, memberanikan diri untuk menatap raga yang terseok itu. “Kenapa terus bertanya-tanya arti kehadiranmu bagi raga lain,

Tembok yang kubangun sendiri.

Hi, sudah lama tak bersua? Bagaimana kabarnya? Semoga kebahagiaan selalu menyertai, atau paling tidak, ketenangan selalu hadir. Belakangan ini, aku dibuat sibuk oleh diriku sendiri. Sibuk mengaduk semen dan menata bata, untuk membuat tembok yang mengelilingi hidupku, untuk membuatku tetap aman, untuk memberiku kehangatan. Entah sudah berapa lama keringat bercucuran selama pembangunan tembok berlapis itu. Aku terus memastikan ia cukup kokoh untuk melindungiku. Pernah merasakannya juga? Kalau pernah, berarti kita nggak sendiri yah. Sekian lama ini aku berpikir, bagaimana cara membuat tembok itu semakin kuat dan kokoh? Bagaimana cara membuat diriku tetap aman? Karena terlalu banyak yang sudah ku lihat. Kekejaman dunia, pahitnya kehidupan, dan jahatnya semesta. Terkadang, aku hanya ingin bahagia, tanpa campur tangan lingkungan luar. Awalnya nyaman dan hangat. Aku kira beberapa saat lagi aku akan menemukan bahagiaku. Satu hari, dua hari, minggu, bulan, hingga tahun, tak kunjung ku temui bah

Siapa?

Di sudut itu, seorang gadis tertunduk. Tak ada yang dapat dilihat darinya selain lengan yang terlipat dibaluti garis-garis yang menghitam, beberapa darinya memudar, kaki telanjangnya dengan kuku yang membiru, dan rambut panjangnya terjuntai indah, bagi ia yang dapat melihatnya. Gadis itu tidak sendiri. Ia memiliki penjaga di sisinya, yang tak lain adalah kesunyian. Jika diperhatikan, tubuh mungilnya mulai bergetar seiring cipratan berwarna biru menjalar naik melalui kakinya. Jemari ringkih yang hampir tidak dapat diregangkan itu bertaut satu dengan lainnya, berusaha memanggil teman yang telah lama pergi, kehangatan.  Entah sudah berapa lama gadis itu terduduk di sana, namun melalui angin yang berhembus, alam berkata, "sudah cukup lama. cukup bagi gadis lain seumurannya untuk mendapat gelar sarjananya." Alam hanya menggeleng ketika sebuah pertanyaan mengudara, "apa yang terjadi?"  Ia tersenyum pahit seiring mengingat masa ketika gadis itu pertama datang dan mendudukk

Penerimaan Diri.

Seiring berputarnya jarum jam, seiring redupnya pancaran sinar matahari, rasa itu hadir. Rasa lemah, rasa letih, rasa remuk, rasa ingin menghilang. Pernah tidak merasa demikian? Bersama sinar mentari, kita membawa mata untuk melihat dunia. Dunia yang indah, dunia sempurna, dunia yang penuh kebahagiaan, dunia milik raga lain. Aku pernah mengalaminya, mungkin, sering? Hiruk piruk kota itu terdengar menyenangkan baginya, tapi tidak bagiku saat itu. Yang terasa hanyalah sesak, sukar untuk bernafas. Matahari siang itu terasa hangat baginya, sebaliknya, ia membakar lapisan kulitku perlahan-lahan. Melihat dunianya sangat menyenangkan, ya? Melihatnya menaiki podium kemenangan itu untuk ke 10 kalinya tahun ini, melihat raga lain tersenyum di atas sana, meski mereka sudah sering berada di sana. Terkadang, aku berangan, seperti apa ya rasanya tersenyum di sana? Apakah lebih menyenangkan dan melegakan? Huh, aku tak tau jawabannya. Ketika memutar kepala ke arah lain, dunia juga berputar. Menampilka

mindless thoughts.

Hey, it's been a while since the last time I wrote. So, how is it going? Did your day teach you new lessons? did they make you happy? I hope they always will. It's 8.44 pm in Yogyakarta, where I'm writing this. I am actually still in my recovery phase through the illness I had for a couple of weeks recently. If you ask me what happen, then my answer will be; I don't know. Here I am, crying silently with my tears having such racing with my snot (ew), but that's the fact, yes. Laying on my bed thinking about, why am I being emotionless recently? Something happened to me? Keep thinking about the cause, but it ended up leads me to one of the biggest things that I am scared to happen which; being forgotten. Some people probably never think about that or even don't care at all. But why did I care about it so much?  As you may know, I really love to write things down. I love to do journaling, I love to bring my camera wherever I go, I love to spend more films for polar

Tenggelam Dalam Pikiran.

Hari Senin. Hmm.. Semoga, atas apa yang telah terjadi pada semestamu, tidak akan pernah menyurutkan niat dan energimu untuk kembali menempuh jalan terbaik, ya? Semoga, atas apa yang telah tertinggal jauh di belakang, mampu menguatkan kuda-kuda kakimu untuk terus menatap apa yang ada di hadapanmu sekarang dan tidak berbalik, untuk menyesalinya. Hai, udah lama, ya, tidak bersapa.. Bagaimana hari-harimu? Ku rasa, banyak sekali hal yang telah terjadi belakangan ini. Ku rasa, skenario semesta semakin beragam. Keberagaman itu telah berhasil membungkamku, menenggelamkanku jauh dalam pemikiranku sendiri. Mungkin, itu salah satu sebab lamanya waktu istirahat yang ku ambil pada hari-hari yang lalu. Bicara mengenai skenario semesta, kurasa.. Tiap insan memiliki kisahnya sendiri, kan? Ada yang terus berputar di atas, ada yang terkadang berputar di bawah kemudian berpindah ke atas, ada juga yang terasa selalu berputar di bawah. Yah, kurang lebihnya seperti itu jika membicarakan sesuatu dari sudut p

what's inside my mind and heart

it was fine, totally. until I jumped back to the time where I gave my everything to achieve my goals. it was so tiring, but I am happy with the result. and lately, I've been overthought on those moments that I passed without even tried to put my best into it. I keep telling myself that it is fine, that I don't have to be on the top, every time I can do whatever makes me happy, I can explore myself, and no one has the right to stop me. but then I met these awesome people. these people aren't human I guess, lol. I mean who can manage those many activities and responsibilities at one time? I got overthink. I got to connect it to my past (which I was always giving the best at everything I could), I got to connect to a list of my dreams, I got to connect to everything that happened in my life lately. and I started to get insecure because of them.  it wasn't a really important thing to think about, actually. but I keep thinking of them.  until it bothered me, the whole month