Aku berharga?

Sudah berapa hari ini pertanyaan yang sama sering terlintas, “apa ya arti kehadiranku dalam hari-hari orang lain?” atau, “kira-kira aku layak tidak ya berada di sini?”. Sudah berapa lama ini aku berlari ke sana ke mari hanya untuk berusaha membuat pertanyaan-pertanyaan itu lenyap dari pikiranku. Karena, setiap mereka hadir, hariku menjadi redup. Mereka hobi menarik senyumku dan membuat lengkungan itu turun.

Hari demi hari, minggu, hingga bulan terlewati dengan pertanyaan yang sama terus menari-nari dalam otakku. Meresahkan sekali, pikirku. Kenapa yang seperti ini terus hadir, bukan ini yang diharapkan. Bukannya apa, tapi itu sungguh menyiksa. Teriakkan dan isak tangis yang muncul bersamaan dengannya tak lain hadir hanya untuk membuat badan ini remuk bahkan hancur. Sampai suatu hari, di sudut ruang itu, aku memberanikan diri untuk berbicara pada cermin, pada diri sendiri, memberanikan diri untuk menatap raga yang terseok itu.


“Kenapa terus bertanya-tanya arti kehadiranmu bagi raga lain, sih?”

“Yang tau kamu itu hanya dirimu sendiri.”


Tidak hanya satu atau dua kali aku berkata demikian. Mungkin sudah tidak bisa dihitung jari, karena sudah berkali-kali aku berusaha untuk meyakinkan diri. Hingga satu waktu, terlintas pada benakku, “berpikir demikian tak lain hanya membuat hariku semakin redup. Tidak ada masalah yang bisa terselesaikan, justru hanya akan menambah beban pikiran dan merebut cahaya pada harimu.”

Yang tau aku, hanya diriku sendiri. Yang tau arti hadirku hanyalah diriku. Selama aku memahami nilai pada diriku, aku seharusnya tidak perlu mempertanyakan hal itu berulang-ulang. Kalau aku percaya, maka aku tidak perlu khawatir. Hingga pertanyaan itupun berganti, “apa diriku dapat dipercaya?”

Percaya tidak percaya, satu hal yang pasti, apapun masalahnya, apapun pertanyaan yang muncul, tetap ada satu jawaban sama akan yang hadir. Bahwa aku berharga, melebihi apapun. Bahkan ketika aku dan seluruh dunia meragukannya, jawabannya tetap sama, aku tetap berharga. Setidaknya untuk diriku sendiri.

Karena lambat tapi pasti, kita harus percaya, bahwa kita layak untuk bahagia. Hanyut pada pertanyaan yang hanya membuatmu tenggelam lebih dalam bukanlah hal yang bijak. Lantas, apa yang bisa dilakukan? Apa lagi kalau bukan, berusaha mengenali nilai diri sendiri. Berusaha memahami kalau aku memang berharga. Meski seluruh dunia mengatakan sebaliknya, jika aku percaya bahwa diriku berharga, maka pendapat orang lain tidak terhitung. Kehadiranku tetap berharga, dan seluruh orang akan menghargau diriku.

Jadi, hargai dirimu dengan lebih tulus, ya. Memang tidak mudah untuk meyakinkan, bahkan diri sendiri yang terus meragukan nilai yang ada padanya. Tapi, kita berjalan bersama di sini. Tidak perlu takut, yakinlah bahwa kamu berharga.


-sei. 2.10.22.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tenggelam Dalam Pikiran.

Tembok yang kubangun sendiri.