Postingan

Menampilkan postingan dari Agustus, 2020

Enyah kau, wahai diriku.

Malam itu, Ah selalu malam. Entah mengapa suasana gelap bisa mempengaruhi emosi, yang tadinya biasa saja, bisa meledak dalam hitungan detik. Yang tadinya ingin mengubur saja, bisa justru meneriakkannya dengan sekuat tenaga.  Angin itu, berdesis di telinga. Alunan melodi lembut dari lagu yang dimainkan tidak berhasil menutup desisannya. Menggelitik manis, katanya. Lagi lagi, satu-satunya teman malam itu.  Entah dari mana asalnya, tiba-tiba bulir air membasahi pipi indah itu. Padahal, tidak ada hujan malam itu. Haha. klise. Tapi fakta. Lucu, ya? Dari yang tadinya nggak bisa berhenti ngomong, jadi lebih nyaman bungkam karena kenyataan. Dari yang tadinya gemar mempertanyakan hal kecil hingga besar, penting hingga tidak sama sekali, jadi lebih nyaman mengunci otaknya dari rasa ingin tau. Kenyataan bahwa menelan semua sendiri jauh lebih baik daripada mengeluarkannya. Haha. Lucu, banget! Rasanya, jadi benci segala hal. Bukan karena mereka salah. Tapi, ya, benci aja gitu. Kaya, kenapa, sih? Ke

Ekspektasi ft. Realita

Ekspektasi lebih besar dari realita. Dan ketika itu terjadi, tak ada yang dirasakan lagi selain kekecewaan. Sering ngerasa gitu nggak? Kaya, saat-saat merebahkan tubuh di atas kasur, ketika bulan mulai mengucap selamat malam, otak mulai berpikir, hari ini ternyata tidak seperti yang ku bayangkan. Semua yang normal itu mendadak menjadi tidak normal ketika kita mengingat akan ekspektasi yang sudah kita tanam sebelumnya. Sering merasa begitu? Lalu otak berusaha menenangkan hati dengan berkata, nggak papa, besok dicoba lagi, semoga lebih baik lagi. Nah, kalau begini, hati suka bingung, ini berdoa atau berharap lagi, ya? Bukannya apa, tapi cuma nggak mau jatuh lagi aja. Soalnya memar kemarin aja belum sempat terobati. Kadang, yang lebih sering menjatuhkan diri sendiri itu justri harapan serta ekspektasi yang dipelihara. Boleh saja sih memupuk harap, namun jangan lupa juga tuk memupuk realita. Seperti, berusaha untuk keduanya. Berharap dan berangan iya, namun realita juga tetap di bangun. Ja

merasa bersalah atas kreativitas

Pernah nggak sih mikir ngerasa nggak berguna? Bukan karena nggak bisa ngelakuin apa-apa, tapi karena yang bisa dilakuin itu cenderung sesuatu yang berbeda dari yang dilakuin kebanyakan orang? Misalnya, hari libur sering dihabiskan untuk menulis cerita baru, membuat karakter atau animasi baru, melakukan editing, meng- cover lagu orang, atau bahkan mengaransemen lagu. Hal-hal yang jarang banget orang-orang lakuin. Merajut? Membuat journal? Atau bahkan menulis sajak yang bahkan sedikit populasi manusia yang paham apa yang kamu bicarakan. Kalau pernah, ayo sini join kubunya. Hehe. Kadang ngerasa aneh aja gitu, ketika orang lain berlomba meraih nilai tertinggi, peringkat terbaik, yang di sini malah guling-gulin sambil mikirin kunci-kunci yang cocok untuk lagu yang baru saja di tulis. Ketika orang lain berebut sertifikat dan medali, yang di sini malah duduk manis berteman tiupan angin malam hanya untuk menemukan larik-larik sajak yang merepresentasi perasaan saat itu. Ketika orang lain sudah