merasa bersalah atas kreativitas
Pernah nggak sih mikir ngerasa nggak berguna? Bukan karena nggak bisa ngelakuin apa-apa, tapi karena yang bisa dilakuin itu cenderung sesuatu yang berbeda dari yang dilakuin kebanyakan orang?
Misalnya, hari libur sering dihabiskan untuk menulis cerita baru, membuat karakter atau animasi baru, melakukan editing, meng-cover lagu orang, atau bahkan mengaransemen lagu. Hal-hal yang jarang banget orang-orang lakuin. Merajut? Membuat journal? Atau bahkan menulis sajak yang bahkan sedikit populasi manusia yang paham apa yang kamu bicarakan.
Kalau pernah, ayo sini join kubunya. Hehe.
Kadang ngerasa aneh aja gitu, ketika orang lain berlomba meraih nilai tertinggi, peringkat terbaik, yang di sini malah guling-gulin sambil mikirin kunci-kunci yang cocok untuk lagu yang baru saja di tulis. Ketika orang lain berebut sertifikat dan medali, yang di sini malah duduk manis berteman tiupan angin malam hanya untuk menemukan larik-larik sajak yang merepresentasi perasaan saat itu. Ketika orang lain sudah meraih juara nasional, yang di sini baru saja selesai membuat beberapa karakter baru ataupun animasi baru.
Terkadang, merasa terbelakang deh. Mereka terlihat sangat memperjuangkan masa depannya, dan bagaimana dengan kita yang kerjaannya nunggu ide datang untuk melaksanakan apa yang menjadi kesenangan kita itu. Alih-alih memperjuangkan posisi juara, malah keliling kota demi menemukan suasana baru, untuk ditulis, digambarkan, dinadakan, divisualisasikan. Alih-alih belajar materi baru, malah menyibukkan diri di dapur atau bahkan menyelesaikan rajutan yang nanggung.
Ribet, ya?
Seolah nggak berguna. Hidup tidak berkontribusi apa-apa. Cuma ngelakuin yang kita senang, dan yap, berbeda dari kebiasaan orang kebanyakan. Dipublikasikan, dibaca orang, ditonton orang, didengar orang, dinilai orang, dimakan orang, lalu apa? Sudah.
Tapi, toh kalau memang itu yang disukai dan membuat senang, kenapa nggak? Kenapa harus ngerasa bersalah dan nggak berguna? Berbeda dari kebanyakan orang, justru bagus. Mungkin di luar sana banyak orang yang ingin berdiri di atas sepatumu. Sepatu yang langka itu, berharga.
Kalau dipikir-pikir, lebih banyak waktu yang terbuang untuk mencari-cari ide baru, membuat karya baru yang nggak pernah selesai, bener nggak? Hehe, iya, tapi nggak papa. Kata orang, take your time. Nggak harus terburu-buru. Kalau memang nyaman begitu, lalu mengapa harus memaksakan? Kalau memang bahagia dengan melakukannya, ya, lakukan aja. Selama nggak memproduksi dosa, kan?
Ketika ada orang mencemooh, kalau gitu masa depan kamu tergantung sama apa yang muncul di otakmu, dong? Tergantung mood kamu datang kapan, dong? Nggak khawatir apa?
Jawabannya, ya. Jelas khawatir.
Lalu kenapa terus menyelam padanya? Jawabannya, ya, karena ini pilihanku,
Ketika aku bisa menikmati waktu-waktu dengan apa-apa yang ku lakukan, kenapa harus ragu? Setidaknya aku tidak terpaksa melakukannya, iya tidak?
Abaikan saja tuntutan sosial itu, mungkin bisa dijadikan masukan untuk memperbaiki dirimu, bukan justru sebaliknya. Klise banget, sebel dengernya. Tapi faktanya gitu, gimana dong?
Terkadang orang sebal dengan dirinya sendiri, kenapa orang bisa menyabet deretan medali dengan otak padatnya sementara aku hanya bisa mengaransemen lagu? Kenapa orang bisa mendapat tawaran beasiswa di mana-mana, sementara aku hanya bisa menuangkan isi kepalaku ke dalam sebuah ilustrasi bahkan rangkaian kata?
Jawabannya, ya, karena kamu spesial. Jangan karena kamu ingin terlihat seperti stigma kebanyakan masyarakat pada julukan 'keren', kamu jadi mengabaikan apa yang menjadi nilai plus darimu. Benar tidak?
Kalau memang ingin fokus ke tempat lain, silakan. Tidak ada yang melarang juga. Tapi jangan lakukan itu karena tuntutan sosial, ya? Makan hati, hehe.
Untuk orang-orang kreatif di luar sana, apapun hal yang bisa kamu lakukan, lakukanlah. Jangan merasa bersalah hanya karena caramu memproduksi sesuatu itu berbeda dengan orang lain. Boleh merasa bersalah itu jika kamu mengabaikan semua hal dan tidak melakukan apa-apa untuk jangka waktu yang lama.
Nggak papa, selamat berkarya!
-sei. 04.08.20.
Komentar