Ekspektasi ft. Realita
Ekspektasi lebih besar dari realita.
Dan ketika itu terjadi, tak ada yang dirasakan lagi selain kekecewaan.
Sering ngerasa gitu nggak? Kaya, saat-saat merebahkan tubuh di atas kasur, ketika bulan mulai mengucap selamat malam, otak mulai berpikir, hari ini ternyata tidak seperti yang ku bayangkan.
Semua yang normal itu mendadak menjadi tidak normal ketika kita mengingat akan ekspektasi yang sudah kita tanam sebelumnya. Sering merasa begitu?
Lalu otak berusaha menenangkan hati dengan berkata, nggak papa, besok dicoba lagi, semoga lebih baik lagi. Nah, kalau begini, hati suka bingung, ini berdoa atau berharap lagi, ya? Bukannya apa, tapi cuma nggak mau jatuh lagi aja. Soalnya memar kemarin aja belum sempat terobati.
Kadang, yang lebih sering menjatuhkan diri sendiri itu justri harapan serta ekspektasi yang dipelihara. Boleh saja sih memupuk harap, namun jangan lupa juga tuk memupuk realita. Seperti, berusaha untuk keduanya. Berharap dan berangan iya, namun realita juga tetap di bangun. Jadi, seimbang.
Hari kemarin, tentulah sudah berlalu. Hari ini lah yang menjadi milik kita. Hari esok? Kita yang bangun, atau setidaknya berusaha tuk menatanya. Ekspektasi untuk kemarin mungkin menghancurkanmu, tapi jangan biarkan ia menghancurkan bahagiamu sekarang dan di kemudian hari. Atau dengan kata lain, jangan biarkan hal kecil merusak dan mengatur semangat kamu.
Bagaimana caranya?
Hmm, semua orang sebenarnya pasti punya caranya masing-masing. Cara oleh satu orang, belum tentu berjalan baik pada orang lain. Temukan caramu sendiri. Tapi kalau boleh saran, cara paling mendasarnya, aturlah harapan dan imajinasimu ke dalam batas wajar. Lalu bangun realita hari ini jauh lebih megah dari mereka. Sebagai penguatnya, gantunglah doa setinggi langit. Mungkin ketika ada orang yang bilang gantunglah harapan setinggi langit, ya, ngga salah juga. Cuma, jangan terlalu kuat dalam menggantung harap, ya? Karena bisa aja kamu kecewa karenanya di kemudian hari. Sebaliknya, gantunglah doa yang kuat. Karena, apapun yang diberikan oleh-Nya, pasti yang terbaik untukmu.
Sudah, ya? Hari kemarin, biarlah jadi pelajaran. Sekarang, coba untuk kembali menata. Kalau terus melihat kebelakang, hanya akan membuatmu semakin hancur, lebih baik jangan, ya? Lihatlah ke depan, ada susunan puzzle yang berantakan. Kamu harus menyelesaikannya, dengan harapan yang sesuai porsi. Mengapa begitu? Karena pada kebanyakan kasus, ketika harapan ataupun ekspektasi itu terlampau tinggi atau dengan kata lain melebihi batas realita, ujungnya akan menjadi sebab mengapa seseorang tidak bahagia.
Namun, sebelum mengambil langkah lebih jauh. Ada baiknya lagi, untuk kamu mengenali apa penyebabmu tidak bahagia kemarin. Mungkin karena terlalu berharap? Karena mengekspektasikan sesuatu yang terlalu berlebihan. Sebenarnya tidak apa-apa, asal jangan pernah sekalipun membiarkan hal itu menjadi penyebabmu bersedih, oke? Karena ketika itu terjadi, maka akan sulit bagimu untuk terhindar dari kekecewaan. Tak ada manusia manapun yang dapat mengatur keberlangsungan hari esok selain dengan menyiapkan yang terbaik, ya kan?
Jadi, ayo siapkan yang terbaik. Susun rencana terbaik dengan harapan terbaik yang sekiranya cukup untuk porsimu.
-sei. 08.08.20.
Komentar