memahami diri sendiri.
diri sendiri merupakan sosok yang paling dekat dengan kita. iya, dong. memangnya, siapa lagi yang bisa nempel jadi satu raga kalau bukan, ya kita sendiri?
kalau deket, lalu apa? hmm biasanya, jadi tau segalanya.
tau kalau lagi senang,
tau kalau lagi sedih,
tau kalau lagi marah,
tau kalau lagi capek,
tau kalau lagi butuh bantuan.
ya, harusnya begitu. tapi kadang, ngga sesimple itu. untuk tau apakah kita bahagia saja, terkadang butuh sosok lain untuk menilainya. untuk tau kalau kita sedih, kadang harus ada yang menghapus air mata yang ada, baru mengerti. bahkan, saat air mata tumpah, kadang manusia tidak tau pasti apa yang sebenarnya terjadi padanya. iya tidak?
beberapa sosok bukan tidak benar-benar mengerti, tapi mereka hanya menolak untuk mengerti. seperti, hanya ingin orang lain yang membantunya dalam hidup, padahal tidak semua hal harus bergantung orang lain, iya nggak?
banyak manusia yang masih harus belajar lebih jauh terkait hal terdekat dalam hidupnya, yakni dirinya sendiri. memahami diri sendiri itu ribuan kali lebih berat ketimbang memahami orang lain. ada yang merasa begitu?
ketika melihat indikasi sedih pada raut wajah orang lain, kita bisa dengan tanggap memahaminya. ketika melihat ukiran senyum berbeda dari bibir orang lain, kita bisa dengan pasti meyakinkan, sosok itu sedang bahagia, ataupun sedih. kenapa, ya, bisa begitu?
kalau kata orang, mungkin kurang menerima diri sendiri? hmm, bisa jadi, sih. tapi, apa cuma itu?
hm, bisa jadi juga karena kita terlalu fokus dengan kehidupan di luar sampai lupa ada kehidupan di dalam yang perlu diperhatikan, yaitu diri sendiri.
memahami diri sendiri itu bak kunci dari segala permasalahan. memahami kapan harus bahagia,
kapan harus sedih,
kapan harus marah,
kapan harsu istirahat.
nggak ada yang lebih mengerti porsi diri sendiri selain, ya kita sendiri.
kurangi memaksakan diri, apa ngga kasian sama diri sendiri?
yang seharusnya memahami batas dan kapasitas kita itu, diri kita sendiri. kalau memang capek, akui saja, kemudian istirahatlah.
kalau memang lemah, akui saja, kemudian bangkit dan berjuanglah.
kalau memang sedih, akui saja, bersedih sewajarnya, kemudian? berbahagialah.
mudah, kan?
yaa, gak semudah itu sih,
terus berjuang ya, pelan-pelan saja, yang penting, terus melangkah.
-sei. 12.10.20.
Komentar