Awal Baru
Banyak orang bilang, tahun sudah berganti. Beranjak-lah. Lupakan yang sudah berlalu..
Terkadang aku berpikir, bagaimana aku bisa lupa kalau setiap membuka mata saja mengingatkanku akan hal itu? Baik, buruk, senang, susah. Semua menjadi satu. Iya, memang, tahun sudah berganti. Tapi, aku tak begitu merasakan perbedaannya. Berbeda sih, tapi.. ya, seperti hari-hari pada umumnya. Beban itu tidak hilang begitu saja, dan banyak orang justru menganggapnya ringan dan bisa hilang begitu saja. Memangnya dia debu? Di sapu dan di pel saja sudah cukup?
Kalau dilihat-lihat, tahun kemarin penuh makna. Mereka bilang, setahun itu telah mengajarkannya bagaimana cara untuk bangkit dan tetap kuat menghadapi waktu-waktu yang akan datang. Sebaliknya, yang kurasakan, tahun kemarin mengajarkanku untuk duduk. Duduk menghela nafas dan mengikhlaskan. Ada hal yang memang pantas dan harus diperjuangkan, dan ada hal yang memang lebih baik direlakan. Dan itu, yang ku dapat dalam hari-hari kemarin.
Ketika orang bilang, semangat! Udah ganti tahun, nih. Jangan lupa menulis wish list baru. Namun nyatanya, ketika ku putar kembali waktu dalam memoriku, tak banyak hal berjalan sesuai dengan wish list yang sudah ku buat. Sebaliknya, banyak hal di luar dugaan terjadi. Mungkin memang tidak memenuhi wish listku, namun sebaliknya, memenuhi gudang pembelajaran dalam hidupku. Meski tak memenuhi harapan yang ku taruh sejak jauh-jauh hari, pada akhirnya memenuhi hal-hal yang memang sudah sepantasnya ku dapat dan pelajari di waktu-waktu ini.
Pernah tidak berpikir, yah, semua tidak berjalan semestinya. Waktu terasa seperti terbuang sia-sia. Atau bahkan, rasanya seperti melompati hidup dan perjalanan selama satu tahun. Yang terkasih melambaikan tangan, yang asing menjabat tangan. Mungkin, itu perumpamaan yang tepat untuk menyimpulkan apa-apa yang sudah berlalu itu. Ada yang merasa yang sama?
Yang terkasih melambaikan tangan. Hal-hal indah yang kita harapkan seperti terkubur begitu saja di tengah tanah tandus dan di bawah terik matahari yang ada. Ingin ini itu, tapi kenyataan menampar keras, tanpa aba-aba. Ingin berlari kencang, namun dengan sengaja semesta letakkan lubang tepat di bawah kita. Ingin tertawa lepas, namun dengan sengaja semesta taburkan racun di udara bebas.
Yang asing menjabat tangan. Sebagai balasnya, hal yang tak terduga justru merangkul. Hal yang bahkan berkebalikan 180 derajat pun menyambut kita dengan peluk hangatnya.
Aneh? Iya, emang.
Capek? Tentu.
Bangkit? Harus. Tapi, tunggu dulu.
Ada hal yang kita harus pahami. Awal baru tak harus berada pada tahun baru. Namun tahun baru, dapat menjadi awal baru bagi ia yang mampu. Lalu, di manakah awal baru yang sebenarnya? Hmm, sedikit menjebak, namun awal baru bagiku ada pada saat seorang insan sudah siap dengan tekadnya untuk berdiri dan berlari. Lalu, kapankah itu? Nah, kalau itu kembali pada diri masing-masing. Ketika orang bilang, ayo dong semangat, ini tahun baru! Kadang, pernah mikir nggak? Kalau kita belum siap, energi siapa yang mau kita pakai untuk semangat?
Mengisi energi itu perlu waktu, kan? Bahkan sekedar untuk bakar-bakar dan bencengkrama dengan teman saja butuh energi. Jadi, kapanpun kita siap, itulah awal baru kita. Sehari setelah terjatuh, tidak mungkin kan kita langsung bisa bangkit dan semangat? Semua butuh waktu. Semua ada prosesnya. Yang pasti, proses dan waktu itu, kita yang tentukan sendiri.
Jadi, tahun baru? Iya, awal baru, untuk mereka yang sudah siap. Kalau belum, gimana? Ayo kita berjuang lagi. Berjuang merakit diri sendiri untuk memulai sebuah awal baru. Ikhlaskan dan relakan terlebih dahulu, sebelum kembali menyusun awal baru. Selebihnya, tergantung pada diri kita masing-masing. Mau memulai kapan dan dengan cara seperti apa. Satu hal yang harus setiap dari kita perhatikan; jangan duduk terlalu lama. Karena pada akhirnya, bangkit tetaplah menjadi jawaban terbaik. Dan yang bisa membuat kita bangkit ya hanya diri kita sendiri. Jadi, ayo berjuang! Untuk apa-apa yang pantas dan harus diperjuangkan.
-sei. 01.01.21
Komentar