Teruntuk: aku.
Teruntuk: aku.
sudah lama tak bersapa. bagaimana kehidupan? ku rasa tidak begitu lancar, yah. banyak kericuhan yang terjadi, entah dari lingkungan dan pengaruh luar, pun perang dingin yang terjadi dalam pikiran sendiri.
bagaimana hidup? aman? haha. aman sih, tapi, yah begitulah.
akhir-akhir ini, kericuhan yang terjadi itu, sering di luar batas. batas apa? batas tubuh berdiri tegak, batas mata mampu untuk menangkap cahaya dan bayangan, batas indera pendengar untuk mendengar hiruk piruk yang ada, batas atau limitasi diri sendiri. alih-alih memberi salam sambutan hangat, kericuhan itu datang mengobrak-abrik segala benda yang dilihatnya, dalam hidupku.
teruntuk aku, mungkin skenario yang terjadi belakangan ini menghancurkanmu. mengecilkanmu menjadi partikel yang melayang-layang bersama molekul bebas. bisa jadi ia menghapusmu, hingga dirimu merasa kehilangan jati diri. untuk diriku, ingatlah, bahwa itu semua adalah hal yang wajar. lingkungan bisa melakukan hal-hal itu kepada mereka yang diinginkannya.
teruntuk aku, mungkin pada beberapa sudut kejadian, kamu melihat kekejian itu. kekejian skenario merampas perdamaian dalam pikiran dan hati seorang manusia, meninggalkan kericuhan dan perang di pikirannya. untuk diriku, sadarlah, bahwa hal seperti itu wajar untuk terjadi. hanya karena itu terjadi padamu, bukan berarti semesta ingin menghancurkanmu.
teruntuk diriku, lihatlah kuda-kuda kakimu. sudah berapa lama ia berdiri kokoh hanya untuk melawan segala kebengisan skenario kehidupan? sudah berapa banyak keringan dan tetesan darah yang mengalir hanya tuk membela dirimu seutuhnya? sudah berapa banyak perban terbalut bahkan tak sempat diperbarui hanya karena tak ada cukup waktu untuk melakukannya, karena ia terlalu sibuk membela dirimu?
teruntuk diriku, tidak apa. hancur bukan berarti duniamu berakhir. hancur bisa jadi titik awal dari perjalananmu.
teruntuk diriku, hidupmu adalah milikmu seutuhnya. masalah raga lain atau hal lain berusaha mengambil kontrol akan dirimu, hempas saja. pemikiran yang memicu perang dingin dalam otakmu, bakar saja. karena kalau dipikir, siapa mereka? kamu berhak menentukan alur hidupmu sendiri. tentunya juga dengan memperhatikan hukum alam dan norma yang berlaku dalam lingkungan sekitar.
teruntuk diriku, jika kamu hilang, jika skenario secara paksa menghapusmu, menghapus kejelasan tujuan dan dirimu, biarkan mereka menghapusmu untuk sesaat. biarkan mereka merasa puas karenanya, setelahnya, kamu bisa dengan bebas mengeksplorasi. kamu bisa dengan bebas menggambar dirimu sendiri, meski harus dengan tenaga yang seadanya.
teruntuk diriku, kamu hebat. bisa memiliki dirimu seutuhnya adalah sebuah hal yang sangat indah yang terjadi pada semesta, meski harus mengabaikan teriakan tuan waktu untuk saat yang lama. tuan waktu tidak mengerti dirimu, apalagi hidupmu. dia hanya menjalankan tugasnya dalam semesta, yakni untuk tetap berputar dan berdetak. dia tidak akan peduli kamu berhenti, kamu berlari, atau kamu hilang sekalipun, ia hanya akan melanjutkan tugasnya untuk terus berputar. maka, untuk diriku, hanya ragamu yang bisa diandalkan oleh kehidupanmu.
untuk diriku, jalanmu sepenuhnya pilihanmu. jalanmu sepenuhnya dalam kendalimu.
teruntuk aku, bertahanlah. kamu akan melaluinya. perlahan tapi pasti, kamu akan bertemu garis finishnya. tidak perlu terburu-buru, karena dengannya kamu mungkin akan melewatkan garis finishnya.
-sei. 24.04.21.
Komentar