Aku berharga?
Sudah berapa hari ini pertanyaan yang sama sering terlintas, “apa ya arti kehadiranku dalam hari-hari orang lain?” atau, “kira-kira aku layak tidak ya berada di sini?”. Sudah berapa lama ini aku berlari ke sana ke mari hanya untuk berusaha membuat pertanyaan-pertanyaan itu lenyap dari pikiranku. Karena, setiap mereka hadir, hariku menjadi redup. Mereka hobi menarik senyumku dan membuat lengkungan itu turun. Hari demi hari, minggu, hingga bulan terlewati dengan pertanyaan yang sama terus menari-nari dalam otakku. Meresahkan sekali, pikirku. Kenapa yang seperti ini terus hadir, bukan ini yang diharapkan. Bukannya apa, tapi itu sungguh menyiksa. Teriakkan dan isak tangis yang muncul bersamaan dengannya tak lain hadir hanya untuk membuat badan ini remuk bahkan hancur. Sampai suatu hari, di sudut ruang itu, aku memberanikan diri untuk berbicara pada cermin, pada diri sendiri, memberanikan diri untuk menatap raga yang terseok itu. “Kenapa terus bertanya-tanya arti kehadiranmu bagi raga lain,