Untuk Ragaku; aku sayang kamu.

Pernah tidak kamu berdiri di depan cermin, menatap dirimu yang sekarang, yang sudah jauh berbeda dari dirimu beberapa tahun yang lalu, bahkan dari dirimu semalam. 

Bagaimana semesta telah menggandeng tanganmu hingga titik perjalanan sejauh ini,
Bagaimana seluruh makhluk alam memperlakukanmu, baik itu dengan tulus ramah, juga dengan enggan terpaksa,
Bagaimana perjalanan jauh ini telah turut membantumu membangun segala aspek kehidupan yang telah kamu dambakan bahkan sejak tinggimu belum mencukupi tinggi minimal tuk sekedar menikmati wahana roller coaster.

Seindah itu semesta menyusunnya untukmu, untuk semua individu yang ada padanya. 

Mata yang kosong itu, kini memendarkan cahayanya. Bulir air mata perlahan jatuh, meski seluruh semesta tau, itu adalah bagian dari cara ragamu mengucap syukur. 

Kamu tidak menyekanya, melainkan menarik otot kedua ujung bibirmu tuk mendesak pipimu ke atas, hanya demi mengukir sebuah senyum. 

Senyum pucat itu, kini menyiratkan sejuta makna, sejuta kebahagiaan dan kebebasan. 
Kulit kering itu, kini mulai menampakkan kelembutannya, keindahannya. 
Betapa banyak perubahan yang telah terbentuk dari ragamu.
Lengan lemas itu, kini mampu mengangkat berkilo beban yang ada di hadapannya. 
Betis kering itu, kini berpijak tangguh di muka gunung tertinggi semesta. 
Bukan gunung yang biasa kamu daki, melainkan gunung tak kasat mata, egoisme. Keegoisan yang bertumpuk membentuk gunung. 

Kini, kamu paham pembelajarannya. Kini, kamu mengerti. Disaat yang kamu inginkan hanya menyelamatkan jiwa dan ragamu dari segala kerusakan pun bahaya yang mungkin mengancam, semesta justru berusaha membantingmu, tidak hanya sekali, melainkan berulang kali. Tidak hanya di waktu-waktu terakhir ini, namun sejak awal. Namun, kamu belajar dari itu. Kamu tangguh sekarang. Lihatlah, bercerminlah, bersyukurlah. Atas segala hal yang telah terjadi selama perjalananmu, tersenyumlah, rendah hati-lah. Itu poinnya. Tegapkan dirimu, tidak dengan keangkuhan, melainkan dengan kebaikan. 


Sekarang, tersenyumlah pada dirimu sendiri. Katakan, kamu berhasil. Terimakasih untuk tetap bertahan pada jiwaku hingga detik ini. Untuk kamu, ragaku, aku sayang kamu. 




-sei. 28.03.20.






this pic was taken by my friend, shrnzk, at Brown Canyon, Semarang.

Please peep on my podcast, you can find in through Spotify, Apple podcast, Anchor, by searching 'seismograf'.

Thankyou ! xx.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tenggelam Dalam Pikiran.

Siapa?

Awal Baru