Tentang dewasa.
Dewasa itu..
Simple, bahagia, bebas.
Katanya sih gitu, padahal sih jauh dari itu, menurutku.
Bagi ragaa yang belum genap 19 tahun ini, dewasa adalah suatu tahap paling mengerikan yang pernah terbayang dalam otaknya. Bagaimana tidak? Pembebanan tanggung jawab di mana-mana, suatu perbuatan menjadi memiliki banyak arti, banyak perspektif. Membayangkannya membuat bulu kudukku melambai-lambai, seakan memberi isyarat untuk menyerah. Cepat atau lambat, lepas dari orang tua akan terjadi pada akhirnya. Persoalan dunia itu luas dan kejam akan benar-benar dihadapi sendiri.
Bukannya payah atau mencoba menjadi pengecut, tapi pernahkah berpikir, bagaimana jika jalan yang ku pilih pada akhirnya membawa malapetaka? Bagaimana jika aku tidak cukup baik untuk manusia lain? Bagaimana jika aku bahkan tidak bisa menghidupi diriku sendiri? Bagaimana jika aku tidak akan pernah berjumpa lagi dengan yang namanya "kebahagiaan"?
Yah, ketakutan seperti itu pasti ada. Jika tidak, ya berarti sudah siap menjadi dewasa atau bahkan tidak siap sama sekali, hingga memikirkannya saja tidak pernah. Alias, tidak peduli.
Pernah satu waktu kedua bola mata ini menangkap gambaran hiruk piruk sibuknya semesta, ada yang berlarian mengejar ketertinggalan, ada yang melangkahkan kakinya ringan bak dirinya sedang berjalan di negeri awan, ada yang sibuk menguyah makan siangnya dengan senyum lebar, ada pula yang menarik rahangnya keras sembari menatap gawainya. Kemudian, tertangkaplah gambaran anak manis berlarian, tawanya lepas, seakan angin membawanya bermain bersamanya.
Malamnya, raga ini mendudukkan dirinya di tepi ranjang, tadinya ingin menaruhnya dalam mimpi sebelum semua bayangan itu hadir. Memori masa kecil terputar tanpa izinnya, membuatnya tersadar, ia tak lagi sama dengan ia yang dulu. Bagaimana maksudnya? Bahagianya tidak selepas dulu, hidupnya tak sebebas itu lagi. Pundaknya tak seringan kapas, ditambah kantung matanya yang kini bak palette eye shadow. Bahwa, ia sudah mulai menginjak waktunya. Melangkahkan kakinya menuju tahap pendewasaan. Dirinya tersentak, air matanya mungkin saja sudah membasahi pipinya jika tak segera ia hapus. Seburuk itu, kah? Tidak juga sih, pada beberapa orang, kasusnya berbeda. Tapi yang sama adalah, tahap itu pasti akan datang, untuk kapan dan seperti apanya, tidak ada yang tau.
Dewasa juga bisa dideskripsikan sebagai masa depan. Hampir seluruh bagian dari masa depanmu tergantung pada diri yang seperti apa yang kamu bentuk sebagai seorang yang dewasa. Tergantung pada jalan apa yang kau putuskan tuk tempuhi kedepannya. Tergantung manusia seperti apa yang kelak akan menjadi jati dirimu. Singkatnya, dewasa adalah jati diri dalam masa depan. Ingin menjadi baik? Oke. Menjadi jahat? Ups, jangan oke untuk yang ini. Tapi toh, hakikatnya manusia akan melakukan apa-apa yang menurutnya itu benar. Sehingga sebenarnya baik dan jahat itu hanya soal perspektif. Tapi bukan berarti kita membiarkan orang yang kita anggap jahat itu berbuat semena-mena sesuai kehendaknya. Namun kembali lagi, lihat dari perspektifnya, kemudian sesuaikan dengan kenyataan dan putusan yang tepat. Dengan begitu, kita juga menghargai kedudukannya sebagai sosok manusia. Dan itu juga masuk ke dalam tahap pendewasaan. Keputusan dibuat tidak semata-mata karena urusan pribadi, namun juga memperhatikan raga lain yang harus dihargai. Benar tidak?
Jalan yang seperti apa yang akan satu raga tempuh adalah hak masing-masing raga. Melaluinya, kita menciptakan diri baru. Melawan semua ketakutan yang hadir, menjawab semua pertanyaan yang ada. Pasti tak sedikit manusia pada semesta ini yang ragu hingga takut ketika waktu itu tiba, ya kan? Tak apa, itu wajar. Tapi kuatkan diri, karena semua pada akhirnya tergantung pada diri sendiri. Kecuali jika ada yang ingin hidup bak robot buatan manusia lain.
Satu hal yang perlu diingat, ketika pada akhirnya kamu harus berjalan sendiri, jangan sedih, jangan kecewa, jangan putus asa. Karena sejatinya, kita tidak akan benar-benar sendiri. Pasti akan ada sosok hadir merangkul, siapapun itu. Kalaupun tidak, masih ada Tuhan yang selalu ada untukmu. Kalau kamu merasa sendiri, ingat saja, pasti banyak raga di luar sana yang pernah merasakan hal yang sama. Bahkan di posisi yang sama. Ketakutan itu hal yang wajar, tapi jangan sampai ia memegang kemudi atas dirimu. Lawan ia, perlahan juga tak masalah, asalkan tetap tangguh, ya?
Apapun gambaranmu mengenai dewasa tetaplah akan menjadi gambaran sampai kau benar-benar menuliskannya dalam lembaran hidupmu. Baik pun buruk ia, jangan biarkan ia mempengaruhimu. Karena, kamu kedepannya adalah kamu yang kamu tentukan hari ini.
-sei. 28.06.20.
Komentar