dunia gemar menuntut.

Pasti pada pernah mendengar kata-kata ini; 

"Belajar yang rajin dong, biar sukses."

"Coba rajin olahraga dan minum susu biar tinggi."

"Berhenti ngemil, deh. Mau bentuk kamu jadi 11 12 sama gajah?"

"Bangun siang terus, udah ketinggalan banyak langkah dari orang lain."

"Main game aja terus, mau jadi apa kamu saat besar?"

"Kerja males-malesan terus, Saya potong gaji kamu lama-lama."

"Nyinyir mulu kerjaannya."

"Gak usah lah jadi designer, keren juga dokter."

Dan rentetan kalimat lainnya. Dari siapa biasa kamu denger? Temen? Orang asing yang bahkan kamu belum pernah ketemu? Saudara? Atau bahkan orang tua?

Kalau habis denger itu gimana?

Emosi? Jelas.

Marah? Panas? Nangis? Teriak?

Beda-beda dalam setiap orang mengungkapkan emosi dan perasaannya. Ok, itu nggak penting. Tapi pernah kah ada yang bertanya-tanya, kenapa sih dunia jahat banget? Perasaan aku gak salah apa-apa?

Nggak jarang, bahkan banyak yang bertanya-tanya gitu. Beberapa dari mereka berusaha untuk mengubahnya. Berpikir bagaimana cara terbaik untuk membuat lingkungan semesta ini lebih sehat. Tapi terkadang, meski sudah berusaha keras, tetap saja tidak mengubah apa-apa. Karena virus dari keburukan itu justru menyebar jauh lebih cepat dari pada perubahan baik yang sedang diusahakan. Kalau sudah begitu, apa? Terus berjuang, nggak papa sih. Nggak ada yang ngelarang. Berhenti dan bodo amat? Juga gak ada yang larang. Toh, keputusan kita yang atur.

Ada yang berusaha untuk memperbaiki dirinya. Berhenti makan berlebih agar orang melihatnya mengecil dan berhenti mengatainya gendut atau cemooh lainnya. Ada yang berusaha apapun agar menjadi lebih tinggi, semata-mata untuk menutup mulut manusia tak bertanggung jawab. Ada yang belajar keras demi mewujudkan impian orang lain yang dibebankan di pundaknya. Dan lain sebagainya. Ok, sebenarnya itu nggak salah juga. Justru baik. Baik untuk orang yang berkomentar, tapi bagaimana untukmu? Apa kamu bisa mendapat kebahagiaan setelah memaksa dirimu berhenti melakukan apa yang kamu suka hanya karena omongan orang? Tapi sebenarnya, nggak salah juga kalau kamu mau berkorban demi menjadi lebih baik.

Ok, ribet ya? Gini, kalau kamu ingin berubah, itu bagus. Keren. Kamu sadar. Kemudian, coba kamu pikirkan, apa yang membuatmu ingin berubah? Tuntutan orang? Komentar orang? Oh, tidak. Jangan. Sarannya, coba ubah alasan itu menjadi; Aku ingin berubah semata karena aku ingin. Paham tidak?

Hindari kalimat;

"Aku ingin berubah supaya mereka tidak mencemooh lagi."

"Aku ingin berubah supaya mereka tidak memotong gajiku, bahkan memecatku."

"Aku ingin berubah supaya orang tuaku bahagia dan bangga padaku."

"Aku ingin berubah supaya aku menjadi pribadi yang lebih baik."

Coba diganti dengan; "Aku ingin berubah karena aku ini aku."

Karena, ketika kamu kehilangan energi, butuh alasan yang bisa menjadi penguatmu untuk bangkit, akan susah bila kamu menggunakan: karena aku ingin membungkam mulut orang, yang terkadang malah membuatmu menjadi lebih jatuh. Atau menggunakan, karena aku ingin membuat diriku lebih baik lagi. Itu hanya akan membuatmu tidak akan pernah puas hingga kelelahan pada akhirnya. Jikalau kamu menggunakan; karena aku ini aku. Aku berusaha untuk aku. Maka jika kamu gak punya energi lagi untuk meneruskan apa yang kamu usahakan, itu tidak akan membuatmu kehilangan dirimu. Karena, segala yang kamu lakukan, ya, untuk kamu. Mau sejauh apapun kamu berlari, kamu gak akan bisa lari dari dirimu sendiri. Jadi kembali lagi, kamu akan melanjutkan perjuanganmu untuk kamu.

Berusaha untuk melupakan fakta bahwa dunia ini semakin kejam dan jahat akan cukup membantu. Karena toh, mau dipikir berapa kalipun, susah bagimu untuk mengubahnya. Kecuali kalau kamu dewa. Dunia memang begini, jadi, yasudahlah? Jadi dirimu saja ya.




-sei. 03.07.20.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tenggelam Dalam Pikiran.

Siapa?

Awal Baru