Kenapa, ya? -manusia.
Menjadi yang sempurna tidaklah mudah. Bahkan, tidak mungkin, ya kan? Memang, tidak ada yang sempurna pada semesta ini. Namun, ingatkah kau bahwa kita adalah manusia. Manusia; makhluk Tuhan yang paling sempurna. Kita memang tidak bisa menjadi sempurna, tapi kita bisa mendekati kata sempurna. Bagaimana caranya? Setiap orang mempunyai caranya masing-masing. Dan tugas kamu hanya untuk memahami dirimu sendiri hingga kau temukan caramu sendiri.
Pernah menjadi manusia yang tak diinginkan di mana mana? Pernah merasa seperti itu? Ku rasa, banyak yang pernah. Sebelum membahasnya lebih dalam, lebih baik untuk kau tau, tidak ada manusia yang tak diinginkan di semesta ini. Camkan itu dulu, baru kau boleh lanjut pada paragraf setelah ini.
Manusia. Makhluk yang mempunyai perasaan, pemikiran, juga hawa nasfu. Betapa serakahnya kita? Oh tidak, sayang. Syukuri, itu anugrah. Anugrah terindah dari Tuhan untuk kita.
Banyak yang pernah berada pada titik terbawah hidupnya. Merasa tak diinginkan, dikucilkan, merasa bodoh, paling buruk, jauh dari kata sempurna, jauh dari ekspetasi kepalanya sendiri. Dapat dipastikan setiap manusia akan merasakannya. Hanya saja waktu dan tempatnya yang berbeda, sehingga terkadang kita tidak menyadarinya. Kita semua pernah mengalaminya. Yang membedakan hanya pada keputusan yang dibuat masing-masing individu, mereka putuskan bangkit, atau diam.
Yang menjadi pertanyaannya adalah; Kenapa, ya?
Kenapa terkadang orang tidak mau melihat sesuatu dari sudut pandang berbeda? Seolah sudut pandangnya yang terbenar, seolah ia yang terbenar. Mengapa tidak ia berpikir ulang mengenai kemungkinan seseorang untuk merasakan hal yang sama, atau bahkan lebih buruk, dan lebih baik? Mengapa tidak ia berusaha melunak dan saling merangkul sesama? Mengapa tidak mereka lebih bersyukur saja?
Mengapa?
Mengapa?
Mengapa?
Tak ada yang bisa dan mampu menjawab semua pertanyaan itu dengan benar. Kita hanya bisa berspekulasi yang mana spekulasi itu pasti akan beragam. Sebenarnya, tidak penting bagi kita untuk tau jawabannya.
Yang terpenting adalah, mengapa tidak kita mencari cara untuk mengubah diri dan lingkungan agar kelak tak akan muncul pertanyaan-pertanyaan serupa di masa mendatang? Apa kau setuju? Mungkin dalam benakmu terputar sebuah pertanyaan; bagaimana caranya?
Ya. Aku juga mempertanyakannya. Tapi, mengapa tidak kita saling bertukar pikiran dan berbagi? Aku akan memaparkan pemikiranku di sini, jika kau setuju, mari kita berdiskusi.
12.12.19
-sei.
pic was taken by me, on November 30th 19, sunset at Brown Canyon, Semarang.
Pernah menjadi manusia yang tak diinginkan di mana mana? Pernah merasa seperti itu? Ku rasa, banyak yang pernah. Sebelum membahasnya lebih dalam, lebih baik untuk kau tau, tidak ada manusia yang tak diinginkan di semesta ini. Camkan itu dulu, baru kau boleh lanjut pada paragraf setelah ini.
Manusia. Makhluk yang mempunyai perasaan, pemikiran, juga hawa nasfu. Betapa serakahnya kita? Oh tidak, sayang. Syukuri, itu anugrah. Anugrah terindah dari Tuhan untuk kita.
Banyak yang pernah berada pada titik terbawah hidupnya. Merasa tak diinginkan, dikucilkan, merasa bodoh, paling buruk, jauh dari kata sempurna, jauh dari ekspetasi kepalanya sendiri. Dapat dipastikan setiap manusia akan merasakannya. Hanya saja waktu dan tempatnya yang berbeda, sehingga terkadang kita tidak menyadarinya. Kita semua pernah mengalaminya. Yang membedakan hanya pada keputusan yang dibuat masing-masing individu, mereka putuskan bangkit, atau diam.
Yang menjadi pertanyaannya adalah; Kenapa, ya?
Kenapa terkadang orang tidak mau melihat sesuatu dari sudut pandang berbeda? Seolah sudut pandangnya yang terbenar, seolah ia yang terbenar. Mengapa tidak ia berpikir ulang mengenai kemungkinan seseorang untuk merasakan hal yang sama, atau bahkan lebih buruk, dan lebih baik? Mengapa tidak ia berusaha melunak dan saling merangkul sesama? Mengapa tidak mereka lebih bersyukur saja?
Mengapa?
Mengapa?
Mengapa?
Tak ada yang bisa dan mampu menjawab semua pertanyaan itu dengan benar. Kita hanya bisa berspekulasi yang mana spekulasi itu pasti akan beragam. Sebenarnya, tidak penting bagi kita untuk tau jawabannya.
Yang terpenting adalah, mengapa tidak kita mencari cara untuk mengubah diri dan lingkungan agar kelak tak akan muncul pertanyaan-pertanyaan serupa di masa mendatang? Apa kau setuju? Mungkin dalam benakmu terputar sebuah pertanyaan; bagaimana caranya?
Ya. Aku juga mempertanyakannya. Tapi, mengapa tidak kita saling bertukar pikiran dan berbagi? Aku akan memaparkan pemikiranku di sini, jika kau setuju, mari kita berdiskusi.
12.12.19
-sei.
pic was taken by me, on November 30th 19, sunset at Brown Canyon, Semarang.
Komentar