Postingan

Tentang dewasa.

Dewasa itu.. Simple, bahagia, bebas. Katanya sih gitu, padahal sih jauh dari itu, menurutku. Bagi ragaa yang belum genap 19 tahun ini, dewasa adalah suatu tahap paling mengerikan yang pernah terbayang dalam otaknya. Bagaimana tidak? Pembebanan tanggung jawab di mana-mana, suatu perbuatan menjadi memiliki banyak arti, banyak perspektif. Membayangkannya membuat bulu kudukku melambai-lambai, seakan memberi isyarat untuk menyerah. Cepat atau lambat, lepas dari orang tua akan terjadi pada akhirnya. Persoalan dunia itu luas dan kejam akan benar-benar dihadapi sendiri. Bukannya payah atau mencoba menjadi pengecut, tapi pernahkah berpikir, bagaimana jika jalan yang ku pilih pada akhirnya membawa malapetaka? Bagaimana jika aku tidak cukup baik untuk manusia lain? Bagaimana jika aku bahkan tidak bisa menghidupi diriku sendiri? Bagaimana jika aku tidak akan pernah berjumpa lagi dengan yang namanya "kebahagiaan"? Yah, ketakutan seperti itu pasti ada. Jika tid...

a letter for you.

teruntuk; orang yang pernah baik ke aku, yang selalu baik ke aku. makasih ya, aku gak tau kenapa, tapi hati aku selalu meleleh setiap ada orang baik ke aku. apalagi yang terlihat banget tulusnya. aku gak tau juga kenapa, setiap ada orang baik datang, aku selalu merasa hina. kaya, ngga pantas gitu loh. selalu ada orang baik di sekitar aku. yang mana aku selalu haru tiap itu terjadi. terimakasih kalian, jajaran orang baik, yang menjadi salah satu guru aku untuk menjadi pribadi yang lebih baik lagi. maaf ya, kalau balasan atas semua itu ke kalian nggak sebaik apa yang kalian beri ke aku, tapi aku selalu berusaha untuk itu. tau gak sih, kalau setiap kejadian indah bersama orang baik dalam hidupku, aku suka tiba-tiba nangis gitu. kaya misal, sesederhana kalian nemenin aku nyari sesuatu, padahal kalian ga dapat apa-apa dari aku. bensin kalian, yang bayar kalian, yang nyetir kalian, yang dapet untungnya aku. kaya, aku suka terharu gitu, Allah baik banget mendatangkan kalian ke dalam hidu...

sebuah kicauan hati.

Hai, apa kabar? Teruntuk kalian yang setia membaca tulisan aku, sehat terus, ya! Bahagia terus. Semoga Tuhan selalu menjaga kalian.  Malam ini, aku kembali menulis setelah sekian lama. Bukannya apa, karena emang lagi kosong aja otaknya. Bukan kosong sih, lebih ke, terlalu banyak isinya sampai-sampai nggak tau lagi apa aja yang ada di dalamnya. Dan kali ini, aku memutuskan untuk menuliskan sebuah kicauan oleh hati ini yang telah ku kubur sekian lamanya. Aku nggak tau harus mulai dari mana, sejujurnya. Tapi aku akan coba, maaf kalau aneh. Akhir-akhir ini kepikiran aja, kenapa gitu? hehe. Menulis bagi aku adalah obat. Obat bagi segala penyakit yang aku rasakan. Baik emosional, maupun jasmani. Apapun situasinya, aku akan berusaha untuk menuangnya dalam sebuah tulisan. Berawal dari seorang gadis kecil yang tak pernah membuka mulutnya untuk sekedar bercerita, tak akan berbicara kecuali ditanya. Siapa? Aku lah. Apapun yang ku rasakan, pada akhirnya, menulis selalu...

Percaya Diri, atau Percaya Diri Sendiri

Sudah lama tidak bersapa. Saya mau memulai dengan, gimana? Apa kabar? Semoga kebaikan selalu menyertaimu, Aamiin.  Apa kabar emosi?  Apa kabar perasaan? Aman? Semoga. Belakangan ini, saya perhatikan beberapa manusia terduduk memeluk lututnya di sudut ruangan. Ada yang tau tidak kenapa? Ada yang peduli tidak? Begitu yang saya tanyakan padanya. Tak ada suara yang menjawab, melainkan gelengan kecil oleh kepalanya yang masih tertunduk. Jujur saja. saya bingung harus apa. Saya duduk di depannya, mengikuti apa yang sedang dilakukannya. Memeluk diri.  Saya diam saja di sana. Berusaha mengenali suasana. Tak lama suara isak tangis kecil mulai terdengar telinga. Ia yang terduduk di depanku, gini gemetar entah kenapa. Saya menyentuh tangannya lembut, dingin. Tentu saja, malam gelap dengan hembusan anginnya tentu membekukan sekujur tubuh manusia tanpa alas kaki ini. Saya beranikan diri merengkuhnya ke dalam peluk. Saya harap saya dapat menghangatkannya. Awalnya ia berusaha...

New Lessons

I learned couple new values these day. These are the values that I got. A story time, basically. If you don't mind to read it, please read. I hope you'll get some learning from it! The first thing is; it's so calming to accept everything that happened in your life, while ofc you keep trying to do the best thing to be happened.  It was all started when my assignment file suddenly damaged at 11 pm, when I've planned the whole weekend for doing things that I love. I know there must be a solving through it but the first thing I did,.. guess what? cried. of course haha. and I chose to start it all over again cos I had no clear mind to look for something that could recovered my file. which means, I accepted it. it was sooo hard, ofc. to accept the work you've been dealing with the whole day to be gone within second. but there's no way you could bring it back with your madness. so, why should I bother with that? the second thing happened, I broke my phone, aga...

Yaudahlah.

Santai-lah namanya hidup. Kadang, pengen banget ngomong suatu hal tanpa disaring. Kaya, supaya keluar gitu, panasnya. Panas emosi. Kadang, sudah dirasa tepat, tapi masih juga salah. Kadang, pengen ngutarain sesuatu, harus ditelan lagi demi kebaikan. Dari sisi manapun itu. Kadang, pengen banget bisa tidur nyenyak tanpa harus mikir ini itu, tanggung jawab yang harus diselesaikan segera. Pengen deh, bisa bahagia semudah mengedipkan mata. Sesimpel menghidup oksigen. Pengen deh, tertidur pulas seperti bayi yang sudah kenyang. Capek gitu. Seakan hidup hanya untuk dibanting. Tapi, yaudahlah. Bisa apa kita selain menjalankannya? Berhenti? Hanya pengecut yang melakukannya. Kadang, beberapa hal memang harus di-yaudahin, hanya tuk mempermudah nafas. Terlalu memikirkan suatu hal yang tidak seharusnya membuat otak berpikir keras selalu menjadi dalangnya. Kadang, pengen gitu menampar si otak. Biar sadar. Yang dia lakukan tak lain dari melukai hatinya sendiri. ...

Istirahat dulu.

Mungkin, sebagian dari kita sudah melewati hari dengan tangguhnya.  Entah itu dengan riang, santai, marah, bingung, tangis, hingga.. Tak berekspresi. Berlari ke sana-kemari, hingga terseok pada akhirnya, hanya tuk mendapat sebuah jawab. Sebuah uluran tangan. Sebuah telinga yang ikhlas mendengar. Sebuah pundak tuk bersandar. Hingga sebuah bantal tuk meredam tangis. Orang-orang berlalu lalang seolah tak melihat hadirmu di sana. Tertawa riang bersama teman. Senyum merekah hadir menutupi duka. Lelah, letih, katamu. Tolong aku, teriakmu. Dunia diam tak bergeming. Seolah teriakmu bagai teriak semut di tengah laut. Tak ada yang dengar. Tanggung jawab yang kau pikul, kini tergeletak di hadapanmu. Kau menatapnya kosong, entah harus dengan cara seperti apa lagi kau memikulnya. Rasanya, seperti segala cara sudah dikerahkan untuk itu, tapi tak juga cukup. Kau membaringkan tubuhmu tepat di sebelah mereka. Memejam mata, berusaha itu dapat menenggelamkan...