Istirahat dulu.

Mungkin, sebagian dari kita sudah melewati hari dengan tangguhnya. 

Entah itu dengan riang,
santai,
marah,
bingung,
tangis,
hingga.. Tak berekspresi.

Berlari ke sana-kemari, hingga terseok pada akhirnya, hanya tuk mendapat sebuah jawab. Sebuah uluran tangan. Sebuah telinga yang ikhlas mendengar. Sebuah pundak tuk bersandar. Hingga sebuah bantal tuk meredam tangis.

Orang-orang berlalu lalang seolah tak melihat hadirmu di sana. Tertawa riang bersama teman. Senyum merekah hadir menutupi duka.

Lelah, letih, katamu.

Tolong aku, teriakmu.

Dunia diam tak bergeming. Seolah teriakmu bagai teriak semut di tengah laut. Tak ada yang dengar.

Tanggung jawab yang kau pikul, kini tergeletak di hadapanmu. Kau menatapnya kosong, entah harus dengan cara seperti apa lagi kau memikulnya. Rasanya, seperti segala cara sudah dikerahkan untuk itu, tapi tak juga cukup.

Kau membaringkan tubuhmu tepat di sebelah mereka. Memejam mata, berusaha itu dapat menenggelamkan semua pikiranmu. Terkadang kau merasa bersalah karena memilih memejamkan mata sejenak ketimbang terus mencari jalan keluarnya. Meski, itulah yang kau butuhkan.


Hei, tegapkan dirimu di depan cermin. Lalukan sekarang.


Masih bisa, kah? Untuk tegap?

Lihat kantung mata yang membengkak itu,
kedua bola mata sayu yang tak lagi memancarkan sinarnya,
kulit pucat yang kini mulai kusam,
tubuh lemas seolah tak berdaya.

Sekarang, cobalah tersenyum. Masih bisa, kah?
Aku tak melihat senyum manismu di situ.

Artinya apa?

Tanpa sadar kau mengorbankan tidak hanya jiwa, namun juga ragamu. Ketika yang seharusnya kau lakukan adalah menyayanginya.

Lalu sekarang apa?

Oke, coba simak ini. Tak ada yang salah dari mengambil beberapa waktumu untuk istirahat. Kembali kepada hal yang kau senangi, kembali menghabiskan waktu dengan mereka yang kau sayangi. Selama yang kau butuhkan. Meski kau hanya memiliki sedikit waktu, cobalah.. Sebentar saja, tarik nafas dan hidup normal tanpa beban. Bisa? Terdengar mudah, namun berat membayangkannya, terlebih melakukannya.

Tak ada yang berhak melarangmu mengambil istirahat, sekalipun petinggimu. Sudah hak manusia untuk menepi dan menyelamatkan dirinya. Kalau terus kau paksa, coba tanyakan pada dirimu, kau ini kerja dan hidup untuk siapa? Petinggimu? Bukan, kan? Melainkan siapa? Tidak perlu ku sebut, kau pasti tau jawabannya. Kau hanya perlu mengakuinya.

Istirahatlah..
Sembuhlah.. 

Jangan terlalu dipikirkan. Segalanya akan selesai pada waktu yang tepat, segalanya akan menjadi baik pada waktunya. Sekarang, istirahatlah dulu. Esok, atau lusa, atau 3 hari lagi, bahkan berapapun yang kau butuhkan, baru kau boleh kembali berjuang. Asal, bisa mengatur diri saja. Oke? 


Mimpi indah ya..



-sei. 24.04.2020.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tenggelam Dalam Pikiran.

Siapa?

Awal Baru