Yaudahlah.
Santai-lah namanya hidup.
Kadang, pengen banget ngomong suatu hal tanpa disaring. Kaya, supaya keluar gitu, panasnya. Panas emosi.
Kadang, sudah dirasa tepat, tapi masih juga salah.
Kadang, pengen ngutarain sesuatu, harus ditelan lagi demi kebaikan. Dari sisi manapun itu.
Kadang, pengen banget bisa tidur nyenyak tanpa harus mikir ini itu, tanggung jawab yang harus diselesaikan segera.
Pengen deh, bisa bahagia semudah mengedipkan mata. Sesimpel menghidup oksigen.
Pengen deh, tertidur pulas seperti bayi yang sudah kenyang.
Capek gitu. Seakan hidup hanya untuk dibanting.
Tapi, yaudahlah. Bisa apa kita selain menjalankannya? Berhenti? Hanya pengecut yang melakukannya. Kadang, beberapa hal memang harus di-yaudahin, hanya tuk mempermudah nafas.
Terlalu memikirkan suatu hal yang tidak seharusnya membuat otak berpikir keras selalu menjadi dalangnya. Kadang, pengen gitu menampar si otak. Biar sadar. Yang dia lakukan tak lain dari melukai hatinya sendiri.
Pengen merutuki diri, bodoh. Atas semua hal lucu yang terjadi dalam siklus hidup. Tapi, mau sekeras apapun mengatai diri ini bodoh, tetap saja tidak mengubah apa-apa.
Terus gimana?
Yaudah. Nggak gimana-gimana. Yaudahin aja, mau gimana lagi?
Ketika dirasa sudah begitu lelah hingga tak sanggup, semua hal menjadi pantas untuk di-yaudahin. Bukannya tidak peduli, tapi kalau tidak begitu, menyiksa diri namanya.
Berusaha yang terbaik boleh. Tapi, jahat sama diri sendiri bukan bagian dari caranya.
Ketahuilah porsi masing-masing. Ketahuilah batas diri sendiri. Kalau sudah sampai diujungnya, coba di-yaudahin aja. Bersikap bodo amat sementara untuk menyelamatkan diri itu tak salah, kok. Bayangkan kalau terus memaksa, bisa gila sendiri. Kalau tidak begitu, orang lain bisa menjadi korban. Kena cacian atas hal kecil yang tak seharusnya dicaci, atau mendadak menjadi tong sampah tuk tempat menampung resah.
Santai aja, ya? Namanya hidup. Kalau nggak ada rintangan, mungkin bisa tanyakan ke dokter, apa kau sudah mati? Karena, hidup itu ujian. Yang harus kita persiapkan jikalau waktunya habis. Karena tak akan ada yang tahu kapan waktu tiap raga itu habis.
Yaudahlah, nggak usah dipikir. Bikin capek. Sudah lah, selamat melanjutkan hidup!
-sei. 26.04.20.
Komentar